Thursday 18 August 2016

Jet lag

Hola semua!
Setelah melanglang buana 2 taon lebih dikit sih di Negeri yg penduduknya gak ada yg pesek, here I come Jekardah!!!
Kembali lg berbahasa Ibu, Indonesia dan Betawi pastinya. Hehe

Ketemu lg ama abang tukang bakso paporit, tukang jamu paporit dan tukang ayam paporit. Tp sayangnya abang tukang batagor paporit blm keliatan :(

Adaptasi lagi donk pastinya walopun ini tanah air sendiri. Yg biasanya makan buah ampe perut begah, skrg begahnya karna jajanan abang2 yg lewat 😂
Nah selain makanan, aye harus adaptasi waktu lg. Perbedaan waktu 2 jam ternyata cukup ngaruh loh, pdhl cuma 2 jam.
Waktu subuh dah dateng ehh mata masih lengket ket ket... Susah meleeekkk 😴 karena d Islamabad blm subuh. Pas masuk tengah malem mata kaga ngantuk, karena Isb belom malem bingit 😥 jet lag gtu loh. Hehee
Skrg udh 4 bln drmh klo masih suka kesiangan bangun ato susah tidur pas malem trus ditanya ortu, jawaban aye msh sama "jet lag nih" 😆😆😆

Malem ini aye lg gak jet lag jd mo cepet2 bobok 😁😁😁

Thursday 19 June 2014

homesick akut

Setiap keputusan dan segala tindakan ada konsekwensinya. Manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya resiko. Dan yang terpenting adalah, bagaimana mengolah resiko yang tidak diharapkan menjadi sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan. ya. Kebahagiaan. Karena tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan, dunia dan akhirat.

Dan saat ini, yang aku harus rasakan adalah, resiko menghadapi perasaan rindu yang tak kunjung padam untuk orang-orang yang aku tinggalkan di tanah air.

Rindu selalu mengantarkanku kepada kenangan-kenangan yang memaksa mata ini untuk memuntahkan airnya...

Air mata bertindak mengalir memenuhi pelupuk mata tatkala kata "rindu" tak cukup lagi diucap oleh lisan. Rindu yang teramat dalam.

Derai air mata tak kuasa tertahan. Mengalir deras... lalu berhenti... kemudian mengalir lagi... lagi dan lagi dalam waktu yang tidak sebentar. Pilu sekali menghadapi perasaan rindu ini.

Fikiran bodoh mencoba mengusikku, mengatakan : mengapa aku diizinkan untuk pergi jauh dari kalian??!!?? tak adakah sesuatu yang dapat menghalangiku untuk sampai di sini??!!??

aahhh... sungguh, itu hanyalah fikiran bodoh!

Bahagia itu bukan tergantung pada lokasi ataupun waktu. Bahagia datang dari hati. Hati yang mendatangkan bahagia. 

Karena di sini aku memiliki teman-teman baru yang luar biasa hebatnya. Dengan karakteristik yang tidak sama antara satu dan lainnya. Aku ada untuk mereka, mereka ada untuk aku. Kita ada dan bersama untuk saling menguatkan.

Resiko ini harus ku hadapi. Ku siasati. Agar setiap datangnya tidak menjadikanku lemah. Namun menambah semangatku untuk menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik dari aku yang terakhir mereka lihat ketika melepas kepergianku dari tanah air :)

Wednesday 12 March 2014

Kurma yang menyenangkan dan mengenyangkan

Pagi itu terasa amat sepi bagiku. Bukan karena tak ada teman yang bisa ku lihat ketika mata ini terbuka setelah tidur yang lelap (karena memang belum punya juga sih :p ), terlebih karena aku tidak memiliki apapun yang bisa menjadi santapan pagiku.

Hanya bisa menghayal, seandainya saja saat ini dapat ku temui penjual sarapan yang menyediakan nasi uduk, lontong beserta embel-embelnya seperti tempe dan tahu goreng, semur, bakwan yang juga disertai sambal sebagai pelengkapnya.
Aiihhhh... menghayal saja bisaku. Ini Pakistan mpok! mana ada yang begituan dijual disini :(

Hari itu jadwal kelas pagi, pagi-pagi sekali. hmm... dingin, lapar. Untuk pergi ke kafe sepertinya membutuhkan waktu yang lama, tidak cukup dalam 10-15 menit. Dan aku belum menyelesaikan tugas di hari itu. AAhhhh... laperrrrrr

Mata bermain pandang di atas meja satu-satunya yang kumiliki di kamar hostel ini. Memandang dengan penuh harap menemui sesuatu untuk bisa ku nikmati kelezatannya. Masih tidak percaya bahwa aku tidak memiliki apapun untuk menjadi sarapanku pagi itu. Karena biasanya aku telah menyiapkan setidaknya buah atau roti tawar untuk kulahap sebelum masuk kelas pagi.

Kenyataan harus ku hadapi dengan penuh lapang dada. Kenyataan bahwa aku harus menahan laparku hingga selesai kelas di hari itu, pukul 11.

Ku ambil buku... Ku buka... Ku baca...
berharap kesibukan membaca itu membuatku lupa akan lapar yang kurasa sejak mata terbuka.

Ku nikmati buku yang terpeluk oleh jari-jari tanganku... dannnnn.... ting! ada lampu yang tiba-tiba menyala dalam kepala, mengingatkan bahwa aku memiliki sesuatu, yap sesuatu yang sejak tadi aku harapkan. Makanan.

Tanpa ragu ku bergegas menuju kulkas (punya temen sih) dan wawwww.... alhamdulillah ku temui dirimu wahai "kurma" yang berbaris berdesakan di dalam mika kecil itu :)

Kegiatan membacaku pagi itu menghadirkan akan ingatanku yang menyimpan kurma di kulkas tetangga, heehee

Senang menghampiri ketika kurma dalam genggaman, kenyang pun terasa saat kurma telah ku telan.

Oh Kurmaaaa.... kau begitu menyenangkan dan mengenyangkan :)

Thursday 6 March 2014

KEMATIAN


seLamaNya mengerikan...
seLamaNya menyeramkan...
seLamaNya menakutkan...

bagaimana tidak,
kita yang terbiasa ada bersama orang-orang tercinta..
kini harus berada dalam kesendirian dalam tempat yang begitu sempit, gelap, bersama hewan-hewan menjijikan, tidak ada kehidupan, sungguh menyedihkan...

tidak ada lagi permohonan di saat pertolongan amat sangat kita butuhkan.

Ayah, ibu, adik, kakak, kakek, nenek, saudara, suami, istri, teman dekat...tidak satupun dari mereka bisa mengulurkan tangan kemudian memberikan pertolongan pada kita.
Seorang diri di dalam kubur.

Menghadapi malaikat yang datang dengan membawa berbagai macam pertanyaan. Tidak ada bantuan jawaban, entah itu phonefriends, fifty2 ataupun ask the audiance.

Terbalut kafan yang tak berjahit, sungguh sederhana.
Padahal di dunia baju bertumpuk di dalam lebih dari 1 lemari. Tapi apakah itu bisa kita bawa ke dalam liang kubur???
Jawabannya TIDAK!!!

Benar-benar tidak ada harganya baju-baju kita yang mahal dan berharga saat di dunia. Karena ternyata Dia tidak sedikitpun melihat pakaian kita.

Dan KEMATIAN itu ada untuk kita...raga yang berjiwa...

KEMATIAN...

seLamaNya mengerikan...
seLamaNya menyeramkan...
seLamaNya menakutkan...

Kecuali bagi yang telah menyiapkan diri dengan amal-amal baiknya di dunia demi bahagia yang abadi

hanya tersirat


Ada kalanya sesuatu tidak membutuhkan mulut untuk menjelaskan.
Tidak membutuhkan mata untuk dilihat.
Tidak membutuhkan telinga untuk didengar.
Tidak membutuhkan orang lain untuk diperhatikan.

Tapi perasaan tidaklah boleh absen atas sesuatu.
Kehadirannya berhukum wajib bagi sesuatu tersebut.

Tersirat...
Ya, mungkin hanya cukup tersirat.
Siratan hati yang paling bisa mengena...
Bukan mulut yang pandai berdusta,
Bukan mata yang pandai mendelik,
Bukan telinga yang pandai mengacuhkan,
Bukan pula orang lain yang tidak selamanya dapat dipercaya.

Maka, cukuplah kiranya hati menjadi tempat terbaik bagi sesuatu apapun.
Berkata dengan hati,  melihat dengan hati, mendengarkan dengan hati, dan juga bergaul dengan melibatkan hati.

Wednesday 5 March 2014

dengan atau tanpa panduan


Subhanallah walhamdu lillah...
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Makhluq ciptaan-Nya ada dengan dilengkapi kesempurnaan.
Sungguh Dia Maha Adil, Maha Segalanya.
Lantas, apa yang membedakan antara 1 makhluq dengan yang lainnya (manusia 1 dengan yang lainnya)???????

Setiap alat elektronik yang dijual selalu dilengkapi dengan buku panduan guna memudahkan konsumen dalam pengoperasiannya. Akan tetapi tidak jarang pula konsumen yang tidak memanfaatkan panduan tersebut. Berlagak sok tau ataupun benar-benar tau. Terserah mereka!

Begitu juga dalam kehidupan makhluq ciptaan-Nya (manusia).
Adanya manusia di dunia laksana elektronik yang dilengkapi buku panduan. Yup! Al-Qur’anlah panduan kita di dunia yang fana ini.
Pilihan ada di tangan kita masing-masing. Akankah kita berjalan mengikuti buku panduan ataukah berjalan tanpanya?
It’s up to you!!! J


Na,
 June 13 2012

Tuesday 4 March 2014

Mengapa aku menulis?

Tergugah setelah membaca buku "Letters from Turkey" karya Faris BQ. Seorang penulis yang menuangkan beberapa kisah tentang kehidupan yang dilaluinya di Turki.

Membaca kisah-kisah yang berada di halaman-halaman awal buku tersebut, beberapa pertanyaan sempat terbesit dalam fikiranku.

Bukan sulap apalagi sihir, Penulis seakan mengerti akan adanya pertanyaan yang ingin kusampaikan padanya.

Ketika sampai pada akhir halaman aku menemukan jawaban akan pertanyaanku.

Pertanyaanku sederhana, "mengapa Penulis menuliskan semua cerita ini pada buku yang ku pegang?"

And here it is...

I write because I have an innate need to write.
I write because I can't do normal work as other people do.

I write because I want to read books like the ones I write.

I write because I am angry at everyone.
I write because I love sitting in a room all day writing.

I write because I can partake of real life only by changing it.

I write because I want others, the whole world, to know what sort of life we lived, and continue to live, in Istanbul, in Turkey.

I write because I love the smell of paper, pen and ink.

I write because I believe in literature, in the art of the novel, more than I believe in anything else.

I write because it is a habit, a passion.
I write because I am afraid of being forgotten.


I write because I like the glory and interest that writing brings.

I write to be alone.
Perhaps I write because I hope to understand why,
I am so very, very angry at everyone.

I write because I like too be read.
I write because once I have begun a novel, an essay, a page I want to finish it.
I write because everyone expects me to write.

I write because I have a childish belief in the immortality of libraries, and in the way my books sit on the shelf.
I write because it is exciting to turn all life's beauties and riches into words.
I write not to tell a story but to compose a story.

I write because I wish to escape from the foreboding that there is a place I must go but - as in a dream - can't quite get go.

I write because I have never managed to be happy.
I write to be happy.

_Orhan Pamuk_

Dan tulisan Orhan Pamuk ini pun menjadi alasan mengapa aku menulis :)